Setiap aliran oksigen dalam darah, membawa penuh keinginan. Ingin yang pada kodratnya bisa menjadi tidak bisa. Ketentuan bisa yang kalah dengan tumpuan satu dan lainnya. Kalah yang menghasilkan sebuah peristiwa. Peristiwa yang dengan pasrah kita sebut kodrat. Apakah seperti ini namanya kodrat itu.
Bukan kali pertama kodrat, diatas kodrat ini terjadi. Berdamai, berserah dan tanpa berkeinginan lagi. Namun oksigen masih mengalir dalam darah. Perjuangan yang harus berdiri kembali tanpa lelah. Namun sayang hati telah lelah dengan kalah. Namun sayang diri enggan dengan pengkhianatan. Bukan, bukan pengkhianatan namun pengingkaran dan kecurangan.
Seolah mempertanyakan pada mentari yang menyengat kulit. apakah sinarnya dapat menghangati hati para pengingkar. apakah sinarnya dapat meluluhkan kecongkakan dengan ketulusan. apakah sinarnya dapat menyadarkan hati agar menyadari dimana letak seharusnya. Letak yang bijak, letak yang adil dan letak yang demokrasi.
Air mata enggan menangisi hal demikian. Hati mencengkeram dan terasa sakit. Sakit yang tak bisa membalas, Sakit sekedar mengupat. sakit sekedar sesumbar dan menyumpah. yang pada akhirnya hati menyadari untuk apa melakukan segala hal tak berguna itu.
Dendam tak ada dendam. sebatas kecewa tanpa batas. seperti permainan bulu tangkis. menangkis semua fakta kesana kemari. menjadikan hati linglung dan bingung. menjadikan hati dibodohi. menjadikan hati tak berdaya dan melihat. pada nyata hati tahu hal sebenar terjadi. tiada berdaya hanya kecewa.
Berharap mentari membawa harapan baru. berharap mentari membawa kesempatan baru. atau berharap mentari menyaksikan keadilan baru. keadilan? milik siapa? untuk siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar