Kamis, 12 Oktober 2017

Waktu yang Berlalu


Sejenak mikir.....
tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu, keadaan yang berubah seiring bertambahnya usia, kalau dulu masih kecil bisa pulang kerumah kapanpun kita suka, aku malah lebih suka main daripada dirumah. Lebih suka ikut kegiatan ekstrakurikuler daripada langsung balik kerumah, Lebih asyik memperbanyak teman diluar.... Pada waktu itu sempat ingin seperti anak-anak diluar negeri yang bisa sekolah sambil part time kerja lalu tinggal di apartement sendiri.... Lalu... aku wujudkan keinginanku itu, usia 16 tahun adalah pertama kali aku "keluar" dari rumah, hingga sekarang... di usia 16 tahun mulai mengatur keuangan meski masih mendapatkan support ortu terutama untuk biaya sekolah, untuk makan bayar kost sudah dapat dari hasil parttime, di usi 16 tahun mulai memiliki aturan sendiri, kapan harus belajar,kapan harus berhenti ekstrakurikuler... karena jujur saja aku sangat tergila-gila dengan organisasi saat itu... 
Dan pada satu waktu aku ditakdirkan untuk benar-benar tinggal berratus-ratus kilo meter dari rumah dan orang tuaku... meski masih terjangkau jaraknya dengan berbagai moda kendaraan umum, tetapi disini aku baru merasa rindu... rindu masa dulu yang bebas kapan saja bisa memakan nasi goreng ibu untuk sarapan, kapanpun aku mau...namun sayang, aku melewatkan berpiring-piring nasi goreng itu dengan tinggal diluar rumah...
Terbersit pikiran, sekalipun aku pulang, keadaan memang sudah berubah, meskipun mereka berkunjung kesini, keadaan juga berubah.. hanya bertemu pagi dan petang...dan setelah berganti beberapa petang, akhirnya mereka harus kembali lagi kerumah...
Banyak hal-hal yang tidak terfikir olehku dulu, dan sedikit demi sedikit baru kusadari sekarang, tetapi inilah hidup dengan perputarannya.. tapi aku bahagia memiliki kalian...I love my family ðŸ˜˜

Berkesinambungan

Sekecil apapun sehelai kabel akan tetap berkontribusi untuk keberhasilan sebuah rangkaian mesin. Setiap individu memiliki kelebihan dan fokus keterampilan masing-masing. Tidak ada yang tidak penting, semuanya saling melengkapi dan berkesinambungan. Kalimat dan perkataan tersebut sudah sering saya dengar, mulai dari motivator, guru bahkan pimpinan dalam pekerjaan. Namun dalam sejatinya baru saya tertegun dan merasakan sekarang. Semua orang itu hebat. Tentunya sesuai dengan bakat, minat, kemampuannya. Dan kemampuan tidak bisa diukur dengan kemampuan individu lain. Tidak ada parameter untuk mengukur sebuah kemampuan. Karena setiap individu adalah istimewa, pada setiap kelemahannya pasti ada kelebihan yang tidak dimiliki individu lain.
Hari ini adalah hari ke 3 pada proses pengamatan saya pada keistimewaan setiap individu tersebut. Tidak ada orang yang selalu hebat dalam segala hal dan begitu pula sebaliknya tidak ada orang yang payah dalam segala hal. 3 hari ini saya mengikuti sebuah diklat penyegaran proteksi radiasi dimana saya satu-satunya orang yang background pendidikan non teknis, melainkan administratif sebagai sekretaris pimpinan dimana berkutat seputar surat menyurat beserta konsepnya, berkomunikasi dengan orang lain dan lainnya. Tetapi pada 3 hari ini saya bergaul dengan orang2 teknis belajar menghitung paparan radiasi, belajar tentang keselamatan kerja, belajar tentang perundang-undangan, limbah B3 dan masih banyak lagi, dimana materi-materi tersebut membuat oksigen dikepala saya berkurang lebih cepat alias mengantuk. Beda sekali ketika ada diklat tentang kearsipan, tata naskah dinas saya selalu bersemangat dan berapi-api untuk membombardir narasumber dengan pertanyaan. Disini saya tidak seperti itu, hanya bisa diam, sesekali tersenyum, melongo, menguap, bingung ingin bertanya tapi saya sendiri juga masih bingung yang akan saya pertanyakan hehehe... ya seperti itulah kira-kira.
Belum lagi ketika sesi praktikum, saya hanya jadi pengamat dan bingung bertanya-tanya pada diri sendiri, aku harus ngapain ya?? Beruntung sekali kelompok saya sangat memaklumi mengenai kekurangan saya dalam bidang ini. Mereka membimbing dan menjawab apa yang saya tanyakan, yang mungkin menurut mereka itu pertanyaan level 0 hehehe.. but thank you so much guys...
Dari peristiwa disitu saya berfikir, inilah sebuah arti organisasi yang sesungguhnya, bahwa disebuah organisasi atau kelompok memang dibutuhkan orang dengan kemampuan dan karakter yang berbeda, taruhlah contoh pekerjaan saya ketika mengoreksi sebuah surat, pentingnya apa sih titik koma huruf kapital, font size dll salah dikit harus di kasih tanda cinta (dicoret-coret) kalau orang non administratif bisa berpendapat seperti itu tidak penting, karena menurut mereka yang terpenting adalah maksud dan tujuan tercapai, padahal tidak seperti itu, sebuah konsep suratpun formatnya juga telah ditentukan oleh organisasi, mengacu pada format seperti apa, dan hal tersebut bukan berarti tidak penting, karena kami pelaksana juga mengacu pada Permen atau Perka. Begitu pula dengan personel dari bidang keselamatan yang selalu cerewet mungkin ya untuk mengingatkan para pekerja untuk memakai Alat pelindung diri pada saat bekerja, sebenarnya tidak ada untungnya juga bagi saya pribadi selaku sekpim maupun personil dari bidang keselamatan untuk sama2 bawel sesuai dengan bidang pekerjaannya tersebut. Toh malah enak kalau ada surat tidak usah capek2 mengoreksi, dan malah enak juga tidak usah bawel mengingatkan orang memakai APD, tetapi bukan seperti itu sebuah organisasi berjalan. Kita mengerjakan tugas masing-masing sebaik dan setotalitas mungkin demi kebaikan bersama, kita merangkai kabel-kabel kecil organisasi itu untuk membuat sebuah mesin dapat bekerja bergerak dan bersinergi untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Lalu bagaimana dengan individu-individu yang tidak bisa diajak bekerja sama? Kembali lagi sesuai dengan pengamatan saya, kita kami hidup dalam sebuah wadah, organisasi, Instansi adalah sebuah komponen-komponen kecil yang berbeda, yang memerlukan kerja sama saling bersinergi satu arah dan tujuan untuk dapat menjadi sebuah rangkaian mesin yang hebat, jadi bukan sebuah kesalahan pada mesin tersebut apabila komponen kecil tidak mau melebur dan membaur menjadi satu. Kita sebagai komponen kecil, layaknya melihat bahwa bagian terkecil yang kita miliki itu harus dikeluarkan output yang terbaik sehingga kita dapat berkontribusi dalam rangkaian mesin yang hebat itu. Sebagai individu harusnya kita yang memiliki kewajiban untuk memberikan yang terbaik, sampai batas kemampuan kita. Bukan merasa bahwa diri kita adalah sebuah komponen utama padahal kenyataannya kita hanyalah kabel serabut yang kecil.
Kembali lagi pada sesi diklat yang telah selesai saya jalani hari ini, selain ilmu pengetahuan yang bertambah disini saya mendapatkan pelajaran diluar tema jadwal yang telah ditentukan, yaitu kecerdasan emosional. Jangan sampai kita merasa paling penting ataupun merasa paling tidak berguna dalam sebuah organisasi, karena organisasi adalah komponen yang unik, dan tugas kita adalah memberikan output terbaik agar tercipta rangkaian mesin yang hebat dengan komponen yang berkualitas.....
Tangerang Selatan, 14-06-2017