Minggu, 05 Juli 2015

Kisah Manusia dan Pohon

Tabu sebenarnya menanyakan mengapa Tuhan memberikan ini, memberikan itu kepada kita. Tabu sebenarnya mempertanyakan kasih sayang Tuhan karena sedang dalam masa ujian. Yang diperlukan dalam menyelesaikan ujian adalah konsentrasi, ketekunan dan kesungguhan serta persiapan sebelum ujian dimulai. masalahnya disini adalah ujian dalam kehidupan ini datang tanpa adanya pemberitahuan, tanpa adanya kisi-kisi oleh sebab itu kita harus selalu siap untuk mengerjakannya.

Menghela nafas yang sesak mungkin sebuah indikasi bahwa kita belum siap ataupun belum mempersiapkan diri secara maksimal ketika ujian hendak datang. Tetapi Tuhan tidak akan memberikan ujian diluar kemampuan kita, Tuhan telah mengukur kapasitas berapa rumit tingkatan ujian tersebut. jadi, segala sesuatu yang kita terima telah sesuai dengan kelas tingkatan yang kita miliki.

Sebagai manusia biasa tentu bisa merasakan panas perih dan getirnya hati dalam menjalani ujian tersebut, namun Tuhan selalu bersama kita. Disaat Kemarau melanda bunga pergi meninggalkan kelopaknya terbawa laju angin, dan air tanah yang kian sulit dijangkau, Tuhan menggugurkan pula dedadunan yang masih melekat pada ranting. Semakin buruk rupa pohon yang tengah meranggas. semua pergi... terbang bersama angin dan menari....

Bukan karena Tuhan kejam, itulah kasih sayang Tuhan yang belum bisa termengerti... bunga beterbangan, daun berguguran, dan air tanah yang sulit tinggalah pohon yang buruk bersama cabang-cabangnya dengan sisa tenaga mencoba berdiri menanti penghujan. bayangkan jika Tuhan tidak menanggalkan semua yang bersamanya saat ini, tentu akar pohon akan kepayahan mencari air untuk sumber kelangsungan mereka.. 

Tetapi Tuhan sayang... sementara waktu dibiarkan saja pohon dengan buruknya berdiri bersama akar...hingga bergantinya musim, kemudian saat penghujan datang Tuhan kembali mengijinkan tumbuh dedaunan baru, tumbuh bunga baru ranting dan dahan yang mulai segar dengan melimpahnya sari makanan menghidupi mereka, tanpa membuat pohon kepayahan..menua lebih cepat maupun mati, hanya membiarkannya kehilangan keindahan serta tak berdaya dalam beberapa waktu saja.

Jadilah pohon yang tegar, yang berkambium dan dapat menyesuaikan dengan musim, sehingga akan melalui beberapa fase keunikan dunia.. berbuah beberapa periode dan meranggas beberapa periode.. dan semua akan terasa biasa seperti rutinitas yang biasa, tidak membuatmu tersiksa dengan keadaan sementara yang Tuhan hadirkan.. ingatlah Tuhan telah mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini. Tidak ada satu kejadianpun tanpa sepengetahuan dan ijin dari Tuhan...

Maka, pasrahkanlah..ikhlaskanlah.. segalanya akan terlewati sesuai dengan fasenya.. mungkin saat ini adalah kemarau bagimu tetapi engkau tidak akan pernah tahu kapan penghujan datang, atau bahkan ditengah kemarau ada yang menyiramkan air atau bahkan minyak tanah dan membakar habismu. tetapi Tuhan tetap memberikan hal yang terbaik bagi kita.

Hal terpenting adalah bagaimana hati, ego, emosi bisa ikut tertunduk dan selaras dengan fikiran, hal-hal ini semua kecil di hadapan Tuhan, jadi ketika semua terasa besar dalam matamu, mintalah Tuhan menyelesaikan semuanya dengan selalu terjalin dekat denganNya. Tidak ada yang instan segalanya membutuhkan proses dalam periode tertentu.

Tetap kecapi dan resapi kemarau yang sedang melanda ini, pandanglah angin bertiup sepoi-sepoi membelai sekalipun engkau tak berdaun dan berbunga..angin membelai dengan lembutnya saat ini. dan bisa jadi ketika engkau sedang berdaun dan berbunga bahkan berbuah angin akan mengkoyak koyakkan setiap rantingmu bahkan hingga terlepas...

Kamis, 02 Juli 2015

Sebait Syair Hati (Versi Puisi)

Karya: Khoirul W.A



Kepada hati yang gelisah
Nafas yang menjerit sesaat
Dan senyum yang meronta takdir
Bersabarlah, selalu ada cahaya dibalik gelap mendung

Kepada hati yang menahan amarah
Mencoba merangkai kepingan asa
Menolak rasa perih yang menghujam
Ikhlaskan, biar erat mendekap sembilu dan mengbungkus sudut hati

Kepada hati yang berdarah karena luka
Meneriakkan tangis menguras air mata
Tumpahkan semua hingga terbawa angin
Tulislah, biarkan ombak pantai menhapus sisa luka

Kepada hati yang masih terluka
Dan waktu yang berjalan pelan
Membuat luka hanya sayatan biasa
Relakan, kau dapati penawar yang tak berbentuk lagi

Kepada hati yang tetap terluka
Sadarilah engkau pernah sangat bahagia
Inginmu sebatas angan, citamu sebatas asa
Dan harapmu menjadi pengap yang menerkam
Sembilu, terlalu bahagia, terlalu ingin

Kepada hati yang berubah beku
Lelah berharap, lelah kembali
Lelah memulai lagi, dingin dan tanpa arti
Beku, merindu hangat kasih dan hasrat
Membeku, berpeluk dengan sembilu

Kepada hati yang pernah riang tertawa
Sisi hati yang pernah berbunga
Jadilah hujan bait-bait indah tentang masa
Namun ketiadaan membuatmu enggan tertawa
Dan melodi indahmu entah kemana

Kepada hati yang menangis
Menumpahkan rasa tanpa mengucap
Bulir air mata mengartikan asa yang hilang
Isak tangis mewakili kehilangan bait cinta
Dan ratapan menjelaskan keinginan

Kepada hati yang berusaha tegar
Tersenyum manis dalam perih luka
Merangkai doa dengan sisa- sisa usaha
Menanti Tuhan menggerakkan jiwa
Dan membelai lembut tegarmu yang tlah hanyut

Kepada hati yang terdiam
Dalam pertanyaan rencana Tuhan
Menanti Tuhan memberi isyarat masa depan
Menunggu lembar-lembar kehidupan tertata
Dan Tuhan mengembalikan asa, cita dan secuil cinta....