Kepada hati yang sedang merasakan gelisah dan ketidakpuasan hati, sedih dan ketidakberdayaan teramat dalam, nafas yang mengalun membawa jeritan ketersiksaan sesaat. ebarkan senyum walau terasa meronta dengan ketidak sesuaian yang ada. karena ini tidak akan bertahan lama, secercah cahaya akan tetap muncul dibalik mendung yang menggantung.
Kepada hati yang menahan amarah serta luka, rekatkan sendiri puing serpih keping yang terbelah dengan sisa asa yang ada selama mentari masih membelai dengan cahaya hangatnya. Jangan kau tolak rasa perih itu karena akan membuatnya semakin tajam menghujam. biarkan semua mengalun dengan sayatan hingga berdarah-darah. ngilu yang terasa dari kulit ari hingga denyut nadi, resapi... itu salah satu anugerah illahi... biarkan segala perih membungkus setiap sudut hati, terima saja. ikhlaskan saja, biar erat mendekap erat sembilu itu, biarkan mengalir darah luka yang ada...
Kepada hati yang berdarah-darah menahan luka... jangan kau tahan, teriaklah sampai kau puas, menangislah sampai habis air mata itu, tuliskan kesakitanmu pada pasir pantai, tuliskan semaumu, tumpahkan seberapa banyak yang kau ingin, menangislah hingga terasa semakin perih...setelah itu.. biarkan angin membawa teriakanmu hilang, biarkan ombak menyapu tulisan kesakitanmu, dan waktu yang menghentikan seluruh darah perihmu...
Kepada hati yang masih terluka, waktu tidak dapat mengobatimu secepat kilat, sayatan itu akan tetap memelukmu dan membuatmu berdarah sampai kapanpun..hingga kau benar-benar terbiasa dan menerimanya sebagai bagian dari hembusan nafasmu, maka perih itu tiada terasa kembali. bukan berarti sayatan yang tak memeluk lagi, tetapi kerelaanmu yang membuatnya memberikan penawar untuk hati yang tak berbentuk lagi.
Kepada hati yang tetap terluka, sadarilah engkau pernah merasa sangat bahagia sehingga mampu terluka... bukan tanpa sebab, inginmu yang hanya sebatas angan, citamu yang hanya sebatas hasrat, dan harapmu yang hanya sebatas pengap...ketika engkau merasa sangat bahagia dan nyaman persiapkan pula sembilu akan menerkam... dan itu yang tidak kau persiapkan, terlalu bahagia, terlalu ingin, terlalu bercita dan terlalu berharap..
Kepada hati yang berubah menjadi beku, engkau yang lelah berdarah, engkau yang lelah sakit, engkau yang lelah memahami dan engkau yang lelah memulai kembali, semua terasa begitu dingin dan tak berarti... engkau membeku karena engkau pernah merasakan hangatnya kasih, hangat dan renyahnya tawa bersama, setiap sisinya tidak ada yang gelap, semua terang dan penuh kehidupan, warna baru dan harapan baru...semua yang pernah kau impikan tetapi hanya hidup dalam mimpi, sehingga kau menjadi beku berpeluk dengan sembilu...
Kepada hati yang pernah riang tertawa, sisi hatimu yang dulu selalu bahagia, hal sekecil apapun membuatmu tetap bersinar dan berbunga, lupa dengan rasa mendung, dan hujanpun tetap menjadi bait terindah masa itu. segala benteng permasalahan dapat tertembus dengan tetap riang, tanpa khawatir dan mampu melaluinya... semua yang pernah terlewati sudah tiada lagi, mungkin itu yang membuatmu enggan seperti dulu.. karena antara riang dan tertawa terdapat melodi yang mengalun dan kini entah ada dimana...
Kepada hati yang menangis, tumpahkan rasa yang telah berulang kau ucapkan, tiada alasan untuk mengatakan bahwa yang kau tangisi tidak masuk akal, setiap buliran tangismu mengartikan betapa berartinya yang telah hilang dari asa mu.. setiap isakmu mengartikan betapa kehilangannya sebait cita yang belum terjawab penuh. dan setiap ratapanmu mengartikan betapa inginnya semua seperti permintaanmu....
Kepada hati yang berusaha tegar, engkau berucap manis dan menebar senyum diantara sendi luka perih itu, engkau yang masih terselip doa dan keinginan namun tak dapat berbuat apa-apa, engkau yang menunggu tangan Tuhan yang menggerakkan segala kehidupan dan keputusan, engkau yang menunggu tangan Tuhan membelai dan memeluk sisa-sisa ketegaran itu...
Kepada hati yang kadang menerima dan kadang memberontak, inilah sebuah proses alamiah, rangkailah bait-bait permintaan kepada Tuhan, untaikan sepanjang mungkin dalam setiap doamu... hanya itu penawar dari segala rasa dahaga penerimaan dan pemberontakan jiwa. Engkau yang sedang menunggu jawaban dari Tuhan, basuh hati dengan kesabaran dan kesadaran...
Kepada hati yang berusaha untuk sabar dan sadar, ilmu yang cukup tinggi untuk belajar ini, kontrol yang tidak mudah melebihi rumitnya penelitian apapun.. karena engkau yang selalu diuji oleh berbagai kondisi yang tidak mudah untuk tetap sabar dan sadar, akan tetapi penyesalan akan hadir pada baris terbelakang apabila engkau sedikit lengah...
Kepada hati yang sedang menyesal... engkau menyesal dengan keadaan ini, menyesal pernah bahagia? menyesal pernah tertawa? bukan...hati yang menyesal dengan luapan kotornya, menyesal telah menyakiti, menyesal telah membawa luka....hati yang menyesal tak dapat membuat bahagia lebih lama, tak dapat merangkai tawa dan riang bersama, dan tak dapat mengalunkan melodi kembali...
Kepada hati yang sedang terdiam, engkau yang tidak tahu apa rencana Tuhan, engkau yang masih penasaran dengan sebuah kejadian, engkau yang masih bertanya dan belum mendapatkan jawabnya, engkau yang masih memiliki secercah harapan pada Tuhan, engkau yang menunggu Tuhan memberikan lembar-lembar kehidupan, engkau yang menanti Tuhan membelai dan mengembalikan harapan, asa, cita dan inginmu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar