Masa paling sulit bagiku ketika aku tak mampu lagi untuk menasehati pikiran dan hatiku sendiri. Terasa begitu berantakan dan begitu semrawut. Biasanya dengan mudah ku memotivasi orang lain untuk bisa move on bangkit kembali dari keterpurukan yang sedang dialaminya. Tidak sedikit kawan yang bisa terbuka wacananya setelah ku paparkan beberapa pendapat menurut sudut pandangku. Tetapi begitu teramat sulit dan payah ketika mencoba berbicara dan berdiskusi dengan hati serta pikiran ini.
Nalar dari pikiranku memberikan sejuta argumen dengan berdasarkan apa yang telah terjadi beserta options didalamnya. dari a to z semua kemungkinan dan pertimbangan telah dijabarkan dengan sedemikian rupa rapinya. Sedangkan perasaan dari kata hatiku yang memandang dari sudut yang dirasa berpendapat lain tentang options dari sebuah nalar. Jadilah berkecamuk hebat dalam diri ini tanpa satu titik temu yang pasti.
Banyak yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan sebuah jalan keluar atau titik temu. tetapi meski demikian terkadang sebuah pertimbangan membuat keputusan semakin tersendat karena keraguan antara pertimbangan satu dengan pertimbangan lain. Semua itu terjadi atas dasar belum kesiapan mental untuk menghadapi konsekuensi dari sebuah keputusan.
Pengambilan keputusan membantuku untuk belajar dan bisa berfikir tentang feedback yang akan terjadi setelah kebijakan yang ku ambil untuk melanjutkan langkah selanjutnya. Sebenarnya tidak ada yang akan rugi berkaitan dengan tepat atau tidaknya sebuah pengambilan keputusan. Dengan begitu aku bisa belajar mencermati suatu kasus yang memang harus terselesaikan.
Kurang tepat dalam mengambil keputusan memang berakibat kurang bagus, tetapi disini aku bisa belajar untuk lebih cermat dan lebih teliti dalam menganalisis sebuah kasus yang kuhadapi sendiri. Ketepatan dalam pengambilan keputusan juga bukan merupakan sebuah keberhasilan. tetapi sebuah ajang untuk kembali berhati-hati karena jalan didepan tidak akan semakin mulus tetapi akan semakin jauh, tinggi, menanjak, berkelok dan berlubang.
Bukan yang pertama kalinya aku jatuh, bukan pertama kalinya pula aku kecewa. sering berfikir apakah memang ini suatu ketidaktepatan dalam mengambil keputusan atau apa yang salah denganku? apakah aku kurang untuk berusaha dan berdoa? sampai pernah ku berfikir adilkah semua ini?? tak sayangkah Tuhan padaku?? kenapa aku selalu jatuh?? sampai kapan aku seperti ini??
Pertanyaan-pertanyaan bodoh yang terus membayang dipikiranku tanpa henti. Semakin ku berfikir jika aku payah, maka yang terjadi adalah aku benar-benar menjadi payah. Sampai pada titik jenuh yang pernah ku alami akhirnya kaki ini berjalan sendiri tanpa menggantungkan harapan yang tinggi. hanya mampu berusaha tanpa berani untuk berharap. karena aku takut kembali untuk jatuh dan terjembab sehingga berkubang dalam lumpur pikiran yang kurang memberikan manfaat itu.
Butuh waktu yang tidak singkat untuk kembali membuat hati ini rekat berkumpul kembali dan menguatkan setiap langkahku, bahkan sebuah logika yang ku tawarkan sendiri pada hati ini bisa saja ditolak mentah-mentah karena hati ini memang sulit untuk meraih sebuah kenyamanan dan ketenteraman apabila sudah terkoyak oleh sebuah kekecewaan. satu hal yang bisa membantuku untuk bisa tetap bertahan adalah tamparan kenyataan yang membuatku tersentak, tersadar dan mengajak hati ini untuk kembali berjalan meski tertatih.
Dalam hal inilah penataran dan pengajaran bagi hatiku untuk menjadi kebal paling tidak sedikit bisa kebal atau bisa menerima pahitnya kekecewaan dan jatuhnya harapan dari gantungan yang tinggi dan indah. Langkah ini kembali terayun seiring dengan kemunculan cahaya pengharapan baru. tentunya sedikit celah untuk membuka wacana dan belajar untuk menjadi lebih baik. hati ini bisa sedikit memancarkan senyuman untuk menyongsong masa indah.
Bukan hanya seulas senyuman saja yang terpancar, tetapi sebuah kegetiran dan kekhawatiran kembali hinggap dan itu semakin dekat. tentunya tidak akan ada yang berjalan mulus. seperti yang ku utarakan tadi, bahwa semakin lama jalanan ini akan semakin jauh, tinggi, menanjak, berkelok dan berlubang. ada plus pasti ada minus yang akan terjadi. ada harapan pasti juga ada kekecewaan. suatu kombinasi dan sebuah rantai kehidupan sebagai predator rasa tinggi hati dan rasa paling hebat.
Jiwaku masih merasa miris untuk kembali berhadapan dengan sebuah kejadian yang sama. yaitu mempertaruhkan dan memperjuangkan kelangsungan masa depan. bukan pertama kali aku berjuang bukan pertama kali aku mencoba, dan kesekian kalinya aku telah gagal. Seperti tak mampu melihat dan menghadapi lagi jika ku mengingat hati yang belum seutuhnya sembuh.
Dua pilihan yang harus kupilih satu. pilihan pertama: aku lari dari kenyataan, tidak pernah berusaha dan mencoba lagi, seumur hidupku akan penuh kekecewaan berbuntut panjang sakitnya tak seberapa tetapi akan terasa seumur hidup. dan kalian bisa menyebutku sebagai LOSER. tentunya bukan pribadiku jika aku memilih option ini sebagai jalan keluar.
Pilihan kedua: Aku mencoba dan kembali berusaha. pilihan ini mengandung dua konsekuensi didalamnya. Konsekuensi pertama: Masih merasa takut dan trauma tetapi aku harus mencoba menaklukannya dan jika memang ini jalanku maka akan kudapatkan juga. meski dengan susah payah membantu hati dan fikiran ini berkompromi untuk melejitkan suatu hasih yang diharapkan dan masih dibayang-bayangi kegagalan. and happy ending. aku berhasil dan aku bisa kembali menata langkahku untuk melanjutkan kedepan penuh babak baru.
Konsekuensi Kedua: Masih merasa takut dan trauma tetapi aku harus mencoba menaklukannya dan jika memang ini jalanku maka akan kudapatkan juga. meski dengan susah
payah membantu hati dan fikiran ini berkompromi untuk melejitkan suatu
hasih yang diharapkan dan masih dibayang-bayangi kegagalan. dan ketika melihat sebuah hasil yang tidak diharapkan maka hati ini akan kembali hancur dan aku harus mencoba mengulangi lagi, mengulangi lagi menata serpihan-serpihan hati ini tetapi suatu saat pasti aku bisa mencapai apa yang aku inginkan. PASTI!
Dari options beserta konsekuensi diatas maka aku akan memilih options kedua yang memiliki dua konsekuensi. harapanku memilih options kedua tentunya adalah aku bisa berhasil dan memilih konsekuensi pertama. Setiap orang pasti menginginkan yang terbaik di dirinya. aku selalu berdoa dan selalu fokus untuk berhasil meraih apa yang aku inginkan. Tuhan pasti akan memberikan kado yang terindah untukku, karena untuk mendapatkan yang terindah tidak akan bisa dengan cara yang mudah apalagi instan...
Mulai menanamkan kembali tunas-tunas kepositifan didalam hati dan pikiranku. karena sesuatu yang positif akan selalu membawa kebaikan. energi yang positif sangat berguna untuk tubuh, kesehatan emosional dan kesehatan jiwa. Maka aku masih kembali belajar untuk bisa tenang, belajar menyerahkan semua pada Tuhan, dan belajar menjadi manusia yang lebih baik dan lebih ikhlas dalam menjalani kehidupan. Dunia ini Indah hidup ini juga Indah, Tuhan selalu mengkaruniai kita penuh keindahan. Tinggal bagaimana kita bisa memaknai dan memanfaatkannya.
Tuhan akan tahu yang terbaik untuk kita, karena sesungguhnya Tuhan Maha Tahu, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pemurah. maka Tuhan ingin memberikan jalan yang terbaik untuk setiap Makhluknya. termasuk aku. Mungkin aku harus melewati semua jalan yang telah di gariskan ini. dan dengan ku melewati jalan ini maka aku bisa belajar banyak sebelum mencapai sebuah titik puncak yang akan Tuhan berikan.
Tetapi aku hanyalah manusia biasa yang belum bisa benar-benar ikhlas dan belum bisa benar-benar memaknai kehidupan secara sempurna. aku baru berlatih untuk hal itu. dan disini aku masih memiliki beribu kekhawatiran yang tidak bisa dipaparkan melalui logika. kadang hati ini takut apabila nanti belum bisa memaknai tentang arti ikhlas yang sesungguhnya. hanya sebuah harapan yang masih bersemayam dan tumbuh dihati ini. " Tuhan tahu apa yang aku butuhkan, Bukan hanya sekedar yang aku inginkan, Dan Tuhan akan memberikan yang terbaik untukku"........